Kamis, 12 Januari 2012

kritik Cerpen "ibu" karya A.A Navis


A.    Tiga aspek kritikus sastra
1.      Apa yang hendak diekspresikan oleh pengarang?
2.      Berhasilkah dia mengekspresikan hal itu?
3.      Pantaskah hal itu diekspresikan?

1.      Apa yang hendak diekspresikan oleh pengarang?
Dalam cerpen ini A.A. Navis hendak mengekspresikan kisah tentang perjalanan hidup sebuah keluarga. Perjalanan hidup seorang ibu yang sangat menyayangi kesepuluh anaknya dengan pengorbanan, kegigihan, kerja keras, dan kesabaran dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Seorang Ibu yang membesarkan dan mendidik anak-anaknya hingga dewasa dan berumah tangga dan anak-anaknya yang bekerja keras untuk membiayai perawatan ibunya yang sakit.
 Akhir hidup ibunya dimulai dengan sakit pada kakinya yang tidak bisa digerakan. Usaha anak-anaknya untuk menyembuhkan sakit ibunya tidak membuahkan hasil, karena kondisi ekonomi yang sulit membuat perawatan ibunya menjadi tidak maksimal. Sang ibu memang sudah banyak melewati cobaan yang berat dalam hidupnya, sang Ibu dua kali keguguran dan dua kali pula kehilangan anaknya ketika masih kecil. Ibunya kemudian meninggal karena sakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh.
Hal lain yang hendak diekspresikan oleh pengarang adalah ingin mengingatkan kepada kita bahwa orang tua terutama ibu akan senantiasa berkorban dan berjuang untuk masa depan dan kebahagiaan anak-anaknya. Seperti yang tergambar dalam penggalan paragraf berikut:
Selamanya ibu berusaha agar kami tetap hidup sekumpul. Juga selamanya ibu menjaga api kegembiraan dalam tungku hidup kami. Hingga kami selamanya merasakan bahwa surga adalah dikaki ibu (paragraph ke-1 baris ke- 3-5)
…. Ibu tiada mengeluh sedikitpun jika kelaparan merangkai hidup kami. Karena ibu tidak membiarkan anak-anaknya lapar. (Peragaraf ke-5 baris ke- 7-8).
Ibu sangat menyayangi kami, anak-anaknya. Selamanya berat hati ibu jika berpisah dengan kami atau salah seorang dari kami. (paragraf ke 1 baris ke 1)
2.      Berhasilkah dia mengekspresikan hal itu
Berhasil, karena cerpen yang berjudul “Ibu” ini, dapat menggugah perasaan pembaca seolah-olah ikut merasakan penderitaan keluarga si aku. Teknik penceritaannya menarik minat pembaca untuk membaca keseluruhan isi cerpen. dikatakan menarik kerena A.A Navis membuat cerpen “ibu” ini menggunakan alur campuran. Alur campuran biasanya hanya bisa dijumpai dalam novel. Alur yang sering digunakan dalam cerpen umumnya hanya alur maju dan mundur.
Selain alur atau jalan cerita yang menarik, diksi yang digunakan oleh A.A Navis dalam cerpen “ibu” ini memberi kenikmatan tersendiri bagi pembaca. Sehingga pembaca dapat meresapi dan merasakan betapa berat dan susahnya cobaan yang harus dihadapi keluarga ini. Sehingga cerpen ini banyak memberikan pembalajaran moral yang tinggi bagi pembaca. Jadi, menurut kami pengarang memang sudah berhasil mengekspresikan apa yang hendak diekspresikannya.
3.      Pantaskah hal itu diekspresikan?
Pantas, karena dengan adanya cerpen ini pembaca akan mendapatkan nilai-nilai yang dapat dijadikan teladan sehingga memberikan pelajaran moral yang lebih tinggi. Nilai-nilai yang kami temukan dalam cerpen ini diantaranya:
1)      Nilai moral
Paragraf ke-52
Tapi aku jadi sangat malu kepada mereka. Aku yang telah mereka percayai bertahun lamanya, kini telah menjatuhkan harga diriku dengan menggelapkan uang yang hanya enam ratus rupiah itu.”
Penggalan paragraf ini mengajarkan kepada kita agar dalam setiap langkah dalam hidup kita mengutamakan kejujuran.

2)      Nilai-nilai kepribadian
Paragraf ke- 1
Selamanya ibu berusaha agar kami tetap hidup sekumpul. Juga selamanya ibu menjaga api kegembiraan dalam tungku hidup kami. Hingga kami selamanya merasakan bahwa surga adalah dikaki ibu ( baris ke- 3-5)
3)      Nilai-nilai tanggung jawab
Peragaraf ke-5 
…. Ibu tiada mengeluh sedikitpun jika kelaparan merangkai hidup kami. Karena ibu tidak membiarkan anak-anaknya lapar. (baris ke- 7-8).
4)      Nilai-nilai keagamaan (religi)
 “kupaksakan diriku untuk berserah diri kepada Tuhan serta meyakinkan diriku sendiri pada ucapan yang aku helahkan kepada ibu bahwa Tuhan telah memberi hidup, dan Tuhan pula yang akan memberi rezeki”(paragraph ke 47)
Penggalan paragraf ini mengajarkan kita agar berserah diri kepada Tuhan dan mempercayai akan adanya pertolongan Tuhan.
Hanya ada beberapa pilihan kata yang menurut kami tidak pantas dugunakan dalam cerpen ini, yaitu:
1.      Tetek ibu
2.      Pantat ibu
3.      Cirit ibu
Dalam cerpen ini tokoh yang mengucapkan kata-kata itu adalah tokoh aku. Menurut kami kata-kata itu terlalu vulgar untuk digunakan dalam cerpen “ibu” ini, apalagi tokoh yang mengucapkan kata-kata itu adalah tokoh protagonis yang berpendidikan.
A.    Analisis
1. Unsur-unsur Intrinsik
a. Tema
Tema atau pokok persoalan cerpen “Ibu” adalah kisah tentang perjalanan hidup sebuah keluarga dalam menghadapi
b. Amanat
a)      Jadi lah anak yang berbakti kepada orang tua seperti yang dilakukan oleh tokoh aku dan saudaranya.
b)      Jika menjadi orang tua contoh lah seperti tokoh ibu, yang selalu menyayangi, melindungi, selalu berkorban, sabar, tabah, dan bekerja keras demi kebahagian anaknya.
c)      Jangan mencontoh watak dari tokoh dokter rumah sakit yang tidak mau membantu sesama dan selalu mementingkan keuntungan saja jika menolong orang lain. Contohlah watak dari tokoh dokter bedah yang rela berkorban serta bijaksana dalam menyikapi masalah orang lain.
d)     Jangan berbuat seperti tokoh aku yang tidak dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya, pada saat ibunya sakit dan ia hendak membelikan ibunya obat namun ia mengambil langkah dengan menggelapkan uang organisasi yang membuat orang lain tidak percaya lagi dan menjahui dirinya.
c. Latar
Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
d. Alur
Alur cerpen ini adalah alur campuran karena rangkaian Peristiwa/urutannya terkadang menceritakan masa mendatang(maju) dan terkadang menceritakan masa lampau (mundur)
e. Penokohan
Tokoh dalam cerpen ini ada 9 orang, yaitu tokoh Aku, Ibu, Adik tertua, Adik perempuan, adik ke empat, adik kelima, adik terkecil, Dokter Rumah Sakit dan Dokter bedah.
2.      Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen ini.
1)      Nilai moral
2)      Nilai tanggung jawab
3)      Nilai kepribadian
4)      Nilai keagamaan (religi)

B.     Penilaian

Setelah melakukan analisis dan penafsiran dalam cerpen ini terdapat kelebihan dan kekurangan. Namun secara umum, berdasarkan analisis dan penafsiran yang kami lakukan cerpen ini termasuk cerpen yang baik dan menarik sehingga pembaca akan mendapatkan kenikmatan dalam membacanya dan mendapatkan pengajaran moral yang lebih tinggi.

Landasan yang kami gunakan dalam menentukan bahwa cerpen ini baik didasarkan pada pendapat Plato, bahwa ada tiga unsur dalam karya sastra yang baik, Pertama memberi ajaran moral lebih tinggi, kedua memberi kenikmatan, dan yang ketiga ketapatan dalam wujud ketepatan.

Kekurangan cerpen ini terletak pada pemeranan tokoh yang masih membingungkan. Dalam cerpen diceritakan bahwa tokoh aku mempunyai sepuluh saudara tetapi yang tergambar hanya beberapa saudara saja. Selain itu, tokoh ayah tidak tergambar sama sekali dalam cerita jadi seolah-olah dalam cerpen ini sang ibu tidak mempunyai suami.

1 komentar: